Moderasi dalam Masyarakat Multietnik: Pelajaran dari Pendidikan dan Tradisi Lokal

Hadirman

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

e-mail: hadirman@iain-manado.ac.id

Indonesia sebagai negara multietnik menghadirkan tantangan sekaligus peluang dalam membangun kehidupan sosial yang harmonis. Studi tentang Desa Sea menunjukkan bagaimana masyarakat multietnik mengelola keberagaman melalui praktik toleransi, gotong royong, dan interaksi simbolik sehari-hari, sehingga Desa Sea dapat disebut sebagai “kampung moderat” (Setiawati, 2023). Model sosial ini memberikan inspirasi penting bagi pengembangan pendidikan karakter yang tidak hanya mengajarkan norma, tetapi juga menanamkan sikap toleran dan moderat sejak dini.

Di ranah pendidikan formal, lembaga pendidikan Islam memainkan peranan strategis dalam membentuk karakter bangsa. Penelitian di MIN 1 Minahasa menegaskan bahwa pendidikan karakter harus menekankan penguatan religiusitas, nasionalisme, dan integritas siswa secara seimbang (Baba, Hadirman, & Reksamunandar, 2022). Namun, Hadirman (2022) menyoroti tantangan signifikan ketika pendidikan karakter diterapkan di komunitas minoritas Muslim, di mana strategi pengajaran harus peka terhadap konteks sosial dan budaya lokal agar efektif.

Selain pendidikan formal, tradisi lokal juga berfungsi sebagai medium komunikasi nilai-nilai moral dan religius. Tradisi Katoba di masyarakat Muna misalnya, bukan sekadar ritual budaya, melainkan sarana penyampaian pesan dakwah Islam melalui simbol, cerita, dan tindakan ritual (Hadi, 2016; Hadirman, Ardianto, & Musafar, 2023). Praktik komunikasi tradisional ini memperlihatkan bahwa budaya lokal mampu menanamkan norma sosial dan etika keagamaan secara kontekstual dan komunikatif, sehingga memperkuat kohesi sosial.

Integrasi antara pendidikan karakter formal di sekolah dan praktik komunikasi tradisional lokal menawarkan model yang efektif dalam membentuk generasi yang religius, berkarakter, dan moderat. Model ini tidak hanya menguatkan nilai-nilai individual, tetapi juga menumbuhkan kesadaran sosial dan kemampuan hidup harmonis dalam masyarakat multietnik. Oleh karena itu, pengembangan pendidikan karakter di Indonesia harus mempertimbangkan konteks sosial-budaya lokal dan tradisi-tradisi yang telah ada, agar pendidikan dapat berjalan efektif dan relevan dengan realitas masyarakat.

Daftar Pustaka

Baba, M. A., Hadirman, H., & Reksamunandar, R. P. (2022). Praktik Pembentukan Pendidikan Karakter Bangsa di Lembaga Pendidikan Islam (Studi di MIN 1 Minahasa). Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam11(02).

Hadi, H. (2016). Tradisi Katoba Sebagai Media Komunikasi Tradisional Dalam Masyarakat Muna (Perspektif Komunikasi Ritual). Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik20(1).

Hadirman, H. (2022). Problematika Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Lembaga Pendidikan Islam di Tengah Komunitas Minoritas Muslim (Studi di MIN 1 Minahasa). Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah6(2), 304-315.

Hadirman, H., Ardianto, A., & Musafar, M. (2019). Analisis Pesan Dakwah Islam Dalam Komunikasi Tradisional Katoba Pada Masyarakat Muna. Potret Pemikiran23(2), 74-86.

Setiawati, I. R. (2023). Menimbang Kampung Moderat: Memaknai Kehidupan Sosial-Budaya Masyarakat Multietnik di Desa Sea. Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora12(1), 178-188.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top