.Oleh Hadirman
Lagu daerah sebagai seni memuat cerminan cara berpikir, pandangan hidup, dan relasi manusia dengan alam yang dikemas dalam seni/tradisi. Lagu daerah menjadi wahana untuk menyamapikan nilai-nilai luhur bangsa (Ahmad dan Sahran, 2024). Ketika saya melakukan analisis terhadap lagu karya Moses Lakahia pada tahun 2023 dan 2024, saya menemukan bahwa lirik-liriknya memuat kosakata-kosakata ekologis, yang secara implisit mengajarkan kesadaran terhadap lingkungan dan kehidupan sehari-hari masyarakat Muna. Temuan ini menegaskan bahwa melalui kajian lagu daerah, seseorang tidak hanya memahami bentuk bahasa (linguistik), seni, budaya, karakter, tetapi dapat pula memahami cara berpikir dan filosofi hidup masyarakat Muna. Hal ini sejalan dengan kajian (Oktaviani dan Mulawarman, 2025) bahwa lagu daerah menjadi media untuk melestarikan kearifan lokal dan pandangan hidup masyarakat pemiliknya.
Lagu daerah Muna, meskipun diciptakan oleh seniman lokal, mencerminkan kehidupan nyata masyarakat. Hal ini menjadi sangat jelas ketika saya melakukan wawancara dengan pencipta lagu daerah Muna, Moses Lakahia, di rumahnya pada tahun 2023 dan 2024. Kami sempat diajak berkunjungan ker ruang kerja dan studionya di lantai 2 rumahnya di Kota Raha, Ibu Kota Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara. Beliau telah banyak menghasilkan karya lagu daerah berbahasa Muna yang dialhiwahanakan dunia digital melalui salah satu kanal YouTube-nya https://www.youtube.com/@123m0u5eMosesLakahia . Beliau telah menghasilkan berbagai karya lagu, seperti Loghia, Ana Moelu, Kaghanti, O Raha, Liwu Barakati, dan sebagainya.
Dalam lirik-lirik tersebut, terdapat penggambaran aktivitas manusia sehari-hari yang terkait dengan alam, ritual adat, menghormati dan menghargai sesama manusia, menghormati lingkungan, dan sebagainya. Kosakata ekologis yang muncul dalam lagu-lagu ini, misalnya pada lagu Kaghati “laying-layang” yang terbuat dari dain kolope “umbi hutan” menunjukkan adanya kesadaran ekologis yang melekat dalam bahasa dan musik tradisional. Hal ini sejalan dengan prinsip ecolinguistik, di mana bahasa lokal dapat menjadi medium untuk memahami hubungan manusia dengan alam dan menginternalisasi nilai-nilai keberlanjutan.
Selain aspek ekologis, lagu daerah Muna juga berfungsi sebagai dokumen budaya dan sejarah masa lalu. Liriknya menyimpan cerita tentang tradisi, norma sosial, dan nilai-nilai kultural yang diteruskan dari generasi ke generasi. Dengan mempelajari lagu-lagu ini, kita dapat memahami struktur sosial dan pandangan hidup masyarakat Muna, bagaimana mereka memandang keharmonisan hidup, solidaritas, dan tanggung jawab terhadap alam. Dengan kata lain, lagu daerah berperan sebagai jendela untuk menafsirkan cara berpikir masyarakat secara lebih mendalam.
Pengalaman saya meninjau youtube https://www.youtube.com/@123m0u5eMosesLakahia (Moses Lakahia) menunjukkan bahwa meskipun musik tradisional mengalami modernisasi dan adaptasi terhadap platform digital, pesan-pesan ekologis dan kultural tetap dipertahankan. Misalnya, lagu-lagu seperti Karopeha atau Oraha menyisipkan narasi tentang menjaga alam dan menghormati budaya, falsafah, dan sumber daya lokal. Hal ini menjadi bukti bahwa seni musik tradisional mengajarkan nilai-nilao sosial budaya yang dapat diwariskan pada generasi mendatang.
Fenomena ini menegaskan bahwa pelestarian lagu daerah dapat menjadi identitas budaya etnik dan pengajaran pengetahuan lokal. Dengan mengajarkan lagu daerah, mahasiswa, pelajar, atau generasi muda dapat memahami cara masyarakat tradisional, mengenai leksikon ekologis yang terkandung dalam lirik lagu, dan pada akhirnya warisan budaya akan tertap lestari. Lagu daerah Muna, sebagai hasil kreativitas seniman lokal, menjadi medium yang menghubungkan estetika, bahasa, dan filosofi hidup, sehingga pembelajaran dan penelitian di bidang bahasa, musik, dan budaya tidak bisa terlepas dari kajian lagu tradisional.
Analisis lagu daerah Muna menawarkan perspektif multidimensi: musikal, linguistik, ekologis, dan sosial-budaya. Ia menunjukkan bahwa bahasa dan musik lokal merupakan sarana menyimpan pengetahuan, mengekspresikan cara berpikir, dan menumbuhkan identitas budaya yang berkelanjutan. Lagu daerah dengan cirinya menggunakan bahasa daerah menjadi medium menyampaikan pesan, identitas, dan kebanggan daerah (Lita, dkk. 2024). Keberadaan lagu-lagu ini di era digital dan globalisasi menjadi tantangan sekaligus peluang: bagaimana generasi muda tetap mengakses, memahami, dan meneruskan nilai-nilai yang tertanam dalam lirik tradisional, sehingga budaya dan kearifan ekologis masyarakat Muna tidak punah.
Daftar Pustaka
Ahmad, A., & Sahran, O. (2024). Eksistensi Alat Musik Tradisional Matatou Pada Masyarakat Muna Di Kecamatan Wadaga Kabupaten Muna Barat. Maharsi: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Sosiologi, 6(3), 9-18.
Lita, P. N., Amalia, I., Wahid, F. S., & Antika, T. L. (2024). Pembentukan Karakter Peserta Didik Melalui Lagu Daerah. Era Literasi: Jurnal Penelitian Pendidikan dan Ilmu Sosial, 2(2), 1-10
Oktaviani, S., & Mulawarman, W. G. (2025, July). REPRESENTASI BUDAYA LOKAL DAN ISU SOSIAL DALAM LAGU DAERAH KUTAI: ANALISIS WACANA KRITIS DI ERA DIGITAL. In Prosiding Seminar Nasional Linguistik dan Sastra.
