Oleh: Hadirman
Tradisi lisan merupakan salah satu sarana utama dalam pembentukan dan pemeliharaan nilai-nilai budaya masyarakat (Hadirman. 2022). Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tradisi lisan tidak hanya berfungsi sebagai penopang identitas sosial, tetapi juga membentuk citra mental masyarakat mengenai norma, etika, dan perilaku yang diharapkan (Purba, 2023). Melalui pewarisan lintas generasi, tradisi lisan memfasilitasi kontinuitas budaya sekaligus menyediakan kerangka interpretasi bagi pengalaman sosial dan spiritual individu (Jamalie & Dalle, 2013). Dalam konteks masyarakat multikultural, tradisi lisan juga menjadi medium negosiasi budaya, yang memungkinkan pencitraan masyarakat terhadap diri sendiri maupun kelompok lain dalam interaksi sosial (Hidayat et al., 2017).
Konsep citra (image) dalam tradisi lisan merujuk pada representasi mental dari pengalaman sensoris dan spiritual yang diungkapkan melalui kata-kata maupun simbol-simbol naratif. Pencitraan ini dapat berbentuk literal maupun kias, dan berfungsi sebagai media pembelajaran nilai-nilai etis, moral, serta perilaku sosial yang diidealkan (Sari, 2023; Firmansyah, 2018). Misalnya, dalam cerita rakyat Waindho-Indhodhiyu, penggambaran tokoh perempuan menekankan ciri-ciri fisik, etika, dan spiritual yang mencerminkan nilai sosial dan norma budaya masyarakat Wakatobi (Putra, 2018). Begitu pula, praktik tradisi pamali di masyarakat Banjar berfungsi sebagai mekanisme kontrol sosial yang menjaga konsistensi perilaku individu dengan nilai-nilai tradisional yang dihormati (Jamalie & Dalle, 2013).
Tradisi lisan memiliki peran strategis dalam konteks modern, di mana perubahan sosial dan globalisasi dapat mengancam keberlanjutan nilai-nilai budaya. Tradisi lisan berfungsi sebagai wahana pembentukan identitas sosial dan karakter, sekaligus menyediakan fondasi untuk adaptasi kreatif dalam masyarakat kontemporer (Hidayat et al., 2017). Nilai-nilai yang terkandung dalam pantun, dolanan, dan cergam, misalnya, tidak hanya bersifat hiburan, tetapi juga menyiratkan norma etika, strategi komunikasi, dan pola interaksi sosial yang mendukung kohesi masyarakat (Firmansyah, 2018).
Interaksi antara tradisi lisan dan pencitraan budaya tidak hanya memengaruhi perilaku individu, tetapi juga memberikan kontribusi terhadap pembentukan kesadaran kolektif dan pemahaman sejarah masyarakat. Penelitian di situs cagar budaya Banten Lama, misalnya, menunjukkan bahwa wisata religi yang dipadu dengan tradisi lisan memperkuat ingatan sejarah dan pemaknaan sosial di kalangan komunitas lokal (Jahuri et al., 2022). Dengan demikian, tradisi lisan berperan sebagai agen pendidikan informal yang berkelanjutan, yang menyatukan aspek estetika, moral, dan ekologis dalam kehidupan masyarakat.
Tradisi lisan dan pencitraan budaya membentuk fondasi penting bagi pembangunan karakter, pemeliharaan identitas sosial, dan penguatan norma budaya (Ardianto, dkk. 2020). Pemahaman mendalam tentang mekanisme ini penting untuk mendukung keberlanjutan nilai-nilai tradisional, terutama dalam menghadapi tantangan globalisasi, modernisasi, dan multikulturalisme.
Daftar Pustaka
Ardianto, A., Gonibala, R., Hadirman, H., & Lundeto, A. (2020). Nilai Pendidikan Karakter Bangsa Dalam Tradisi Katoba Pada Masyarakat Etnis Muna. Potret Pemikiran, 24(2), 86-107.
Firmansyah, M. B., SS, M. P., Tristan Rokhmawan, S. S., & Pasuruan, S. P. (2018). Budaya Lisan sebagai “Pembawa Nilai Normatif” Masyarakat Santri: Analisis Konten Didaktik dan Penyusunan Cergam Legenda Para Ulama Oral Culture as a Santri’s “carrier of norms”: Analysis of Didactic Content and Arranging Pictorial Stories of The Legend of Ulama. Halaman cover redaksional daftar isi artikel pemakalah utama sastra lisan berbasis industri kreatif: Ruang Penyimpanan.
Hadirman, H. (2022). Dinamika Bahasa dan Budaya yang Tercermin Tradisi Lisan Katoba pada Masyarakat Muna. Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan, 16(3), 878-889.
Hidayat, D., Kuswarno, E., Zubair, F., & Hafiar, H. (2017). Negosiasi Citra Budaya Masyarakat Multikultural. Jurnal Aspikom, 3(2), 157-172.
Jahuri, J., Suendarti, M., & Hasbullah, H. (2022). Budaya Wisata Religi Dan Tradisi Lisan Sebagai Pemahaman Sejarah Di Situs Cagar Budaya Kesultanan Banten Lama (1526-1820). Herodotus: Jurnal Pendidikan IPS, 4(3), 225-236.
Jahuri, J., Suendarti, M., & Hasbullah, H. (2022). Budaya Wisata Religi Dan Tradisi Lisan Sebagai Pemahaman Sejarah Di Situs Cagar Budaya Kesultanan Banten Lama (1526-1820). Herodotus: Jurnal Pendidikan IPS, 4(3), 225-236. Jahuri, J., Suendarti, M., & Hasbullah, H. (2022). Budaya Wisata Religi Dan Tradisi Lisan Sebagai Pemahaman Sejarah Di Situs Cagar Budaya Kesultanan Banten Lama (1526-1820). Herodotus: Jurnal Pendidikan IPS, 4(3), 225-236.
Jamalie, Zulfa, Juhriyansyah Dalle, and Insititut Agama Islam Negeri Antasari. “Pamali Sebagai Nilai Tradisional Pencitraan Publik Figur Masyarakat Banjar.” Insititut Agama Islam Negeri Antasari (2013). RIKA, S. P. (2024). NILAI-NILAI ETIKA DALAM TRADISI SASTRA LISAN HAHIWANG MAMAK LAWOK (Doctoral dissertation, UIN
