Oleh Hadirman
Pendahuluan
Tradisi merupakan harta berharga yang tidak hanya merekam masa lalu, tetapi juga memberi arah bagi masa depan. Di tengah derasnya arus globalisasi, tradisi lokal memiliki posisi penting untuk memperkuat identitas bangsa, membangun karakter generasi, sekaligus menawarkan solusi universal bagi masalah kemanusiaan. Salah satu tradisi yang sarat makna di Nusantara adalah Katoba, sebuah ritual sakral masyarakat Muna yang menandai peralihan anak-anak menuju kedewasaan.
Katoba tidak semata-mata ritual keagamaan, melainkan ruang pendidikan multidimensional: religius, moral, ekologis, dan sosial. Unsur paling menonjol dalam Katoba adalah air, yang digunakan dalam prosesi penyucian. Air bukan sekadar unsur fisik, tetapi simbol kehidupan, kesucian, dan pembentukan identitas kultural. Dalam opini ini, saya ingin menunjukkan bahwa Katoba adalah warisan kearifan lokal yang memiliki peran strategis dalam membangun identitas bangsa Indonesia di tengah globalisasi.
Air: Simbol Kesucian dan Harmoni dengan Alam
Air dalam Katoba memiliki kedudukan sentral. Ia digunakan untuk memandikan anak-anak sebagai tanda penyucian lahir dan batin. Simbolisme ini sejajar dengan praktik spiritual berbagai tradisi dunia yang memandang air sebagai medium transendental. Menurut Amin (2018), tuturan Katoba secara khusus menyebut air hujan, air sumur, dan air sungai sebagai jenis air yang sah digunakan dalam ritual, yang menunjukkan pemahaman mendalam masyarakat Muna tentang kesucian sekaligus ekologi.
La Fua (2015) menegaskan bahwa Katoba adalah bentuk etnopedagogi, di mana pendidikan karakter dipadukan dengan pendidikan lingkungan hidup. Artinya, sejak dini anak-anak dididik untuk menghargai air dan alam bukan hanya sebagai kebutuhan biologis, tetapi juga sebagai anugerah spiritual. Dalam konteks krisis lingkungan global, pesan Katoba ini terasa sangat relevan: menjaga air berarti menjaga kehidupan.
Katoba sebagai Pendidikan Karakter
Selain aspek spiritual, Katoba berfungsi sebagai instrumen pendidikan karakter. Hesti (2021) menekankan bahwa melalui Katoba, anak-anak masyarakat Muna mendapatkan bekal moral seperti kejujuran, kesopanan, penghormatan kepada orang tua, hingga tanggung jawab sosial. Nilai-nilai ini disampaikan melalui doa, nasihat, dan simbol-simbol ritual yang mendampingi prosesi.
Untarti (2024) bahkan menambahkan dimensi cinta tanah air dalam Katoba. Anak-anak diajak menyadari keterikatan mereka dengan komunitas, tanah kelahiran, dan bangsa. Hal ini penting di tengah era globalisasi, di mana ikatan lokal sering kali tergerus oleh budaya populer global. Katoba menunjukkan bahwa pendidikan karakter berbasis tradisi lokal tetap memiliki relevansi kuat dalam membangun jati diri generasi muda Indonesia.
Benteng Moral dan Pencegahan Kekerasan Sosial
Katoba juga berfungsi sebagai benteng moral untuk mencegah perilaku menyimpang. Handayani & Idrus (2017) menyatakan bahwa nilai-nilai Katoba berperan dalam pencegahan kekerasan seksual terhadap anak. Nasihat yang disampaikan dalam ritual mengajarkan pentingnya menjaga kehormatan diri, menghindari perbuatan tercela, serta membangun rasa tanggung jawab terhadap sesama.
Katoba sebagai Komunikasi Ritual dan Identitas Kolektif
Hadirman (2016) memandang Katoba sebagai bentuk komunikasi ritual, di mana pesan-pesan moral disampaikan secara kolektif. Dalam prosesi Katoba, anak-anak tidak hanya berinteraksi dengan orang tua dan tokoh adat, tetapi juga dengan komunitas secara lebih luas. Hal ini membangun identitas kolektif masyarakat Muna, meneguhkan ikatan sosial, dan memperkuat rasa kebersamaan.
Dalam konteks kebangsaan, praktik seperti Katoba menjadi bukti nyata bahwa identitas bangsa Indonesia dibangun dari keberagaman budaya lokal. Tradisi ini menunjukkan bagaimana nilai lokal mampu mendukung nilai nasional dan universal: spiritualitas, moralitas, dan kemanusiaan.
Katoba dalam Konteks Globalisasi
Globalisasi sering dipandang sebagai ancaman bagi tradisi lokal. Namun, Katoba membuktikan sebaliknya. Nilai-nilai yang terkandung dalam Katoba bersifat adaptif dan universal, sehingga dapat berdialog dengan budaya global. Air sebagai simbol kesucian, pendidikan karakter, dan etika ekologis yang terkandung dalam Katoba bukan hanya relevan di tingkat lokal, melainkan juga memiliki daya tawar global.
Dalam dunia yang tengah menghadapi krisis lingkungan, degradasi moral, dan hilangnya identitas budaya, Katoba dapat dilihat sebagai model pendidikan karakter berbasis kearifan lokal yang layak dipelajari lebih luas.
Penutup
Katoba adalah bukti bahwa kearifan lokal bukan sekadar peninggalan masa lalu, tetapi modal penting untuk membangun masa depan. Air dalam Katoba mengajarkan kesucian, harmoni dengan alam, dan penghargaan terhadap kehidupan. Nilai-nilai yang terkandung dalam ritual ini—pendidikan karakter, komunikasi sosial, pencegahan kekerasan, cinta tanah air—semuanya menyatu dalam rangka membangun identitas bangsa Indonesia yang berkarakter, religius, dan beradab.
Oleh karena itu, melestarikan Katoba berarti menjaga akar identitas bangsa sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam percaturan global. Tradisi ini mengingatkan kita bahwa globalisasi tidak harus memutuskan ikatan dengan lokalitas; justru kearifan lokal seperti Katoba dapat menjadi fondasi kokoh dalam menghadapi dunia modern.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, H. (2018). Tradisi Katoba: Model Penanaman Nilai-Nilai Islam pada Anak Masyarakat Muna. Al-MUNZIR.
Handayani, R., & Idrus, S. H. (2017). Tradisi Katoba: Kearifan Lokal Masyarakat Muna sebagai Upaya Pencegahan Kekerasan Seksual terhadap Anak di Kota Kendari. ETNOREFLIKA.
Hadirman, H. (2016). Tradisi Katoba Sebagai Media Komunikasi Tradisional Dalam Masyarakat Muna (Perspektif Komunikasi Ritual). Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik.
Hesti, H. (2021). Tradisi Katoba Pembentuk Karakter Anak di Muna. Jurnal Buah Hati.
La Fua, J. (2015). Etnopedagogi Katoba sebagai Bentuk Pendidikan Karakter dan Pendidikan Lingkungan Hidup pada Etnis Muna. Zawiyah: Jurnal Pemikiran Islam.
Untarti, D. P. (2024). Katoba Traditional Values as a Character Education Tool for the Young Generation. Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO.
