Kapontasu: Menjaga Akar Tradisi di Tengah Modernitas

Oleh: Hadirman

Apakah tradisi masih relevan di era digital? Pertanyaan ini mengemuka ketika generasi muda lebih dekat dengan layar gawai ketimbang cerita rakyat. Buku Praktik Ritus Kapontasu: Etnik Muna – Dinamika Interaksi Tradisi dan Modernitas karya Hardin (2024) memberi jawaban bahwa tradisi tidak sekadar masa lalu, tetapi akar yang terus menumbuhkan identitas dan jati diri.

Identitas Buku

Judul: Praktik Ritus Kapontasu: Etnik Muna – Dinamika Interaksi Tradisi dan Modernitas

Penulis: Hardin

Penerbit: Aksara Kawanua

Tahun Terbit: 2024

Kategori: Kajian Budaya, Antropologi, Tradisi Lisan

ISBN: 978-623-10-3192-1

Tebal : 168 halaman

Isi Pokok Buku

Buku ini menguraikan praktik Kapontasu, sebuah ritus masyarakat Muna sebelum menanam padi ladang. Hardin menjelaskan makna doa, sesaji, hingga tata cara yang diwariskan turun-temurun. Lebih dari sekadar upacara, Kapontasu adalah ekspresi solidaritas, etika sosial, dan spiritualitas yang menuntun hubungan manusia dengan alam.

Dengan pendekatan etnografis, teori ritus, dan semiotika, penulis menunjukkan bahwa Kapontasu bukan sekadar simbol, tetapi sistem nilai yang membentuk cara pandang hidup. Inilah yang menjadikan buku ini relevan, karena ia memotret pertemuan antara tradisi dan modernitas secara kritis.

Refleksi: Tradisi sebagai Arah

Menurut saya, buku ini adalah pengingat penting bahwa modernisasi tidak harus berarti meninggalkan tradisi. Justru, Kapontasu memperlihatkan bahwa nilai-nilai seperti kebersamaan, penghormatan pada alam, dan religiositas bisa menjadi fondasi dalam menghadapi arus globalisasi. Saat dunia bergerak cepat, Kapontasu menegaskan pentingnya jeda untuk menghargai akar budaya.

Kekuatan Buku

  1. Riset etnografis mendalam dengan pendekatan interdisipliner.
  2. Bahasa yang cukup komunikatif, sehingga bisa dibaca akademisi maupun masyarakat umum.
  3. Menawarkan refleksi kritis tentang modernitas tanpa menafikan tradisi.

Catatan kecil, buku ini akan lebih kuat jika menambahkan perbandingan dengan tradisi agraris di etnis lain, agar pembaca mendapat gambaran lebih luas tentang kearifan lokal Nusantara.

Penutup: Tradisi yang Menolak Punah

Praktik Ritus Kapontasu bukan sekadar dokumentasi budaya, melainkan seruan agar tradisi tetap hidup di tengah modernitas. Membaca buku ini membuat kita sadar: menjaga Kapontasu berarti menjaga identitas Muna, dan lebih jauh lagi menjaga mosaik kebudayaan Indonesia agar tetap berakar meski diterpa arus zaman.

Biodata Penulis

Dr. Hadirman, S.Pd., M.Hum., dosen dan peneliti di Institut Agama Islam Negeri Manado. Penulis dan editor buku ilmiah dan buku ajar. Saat ini sedang mengembangkan penerbitkan buku sastra dan ilmiah.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top