Oleh Hadirman
Saya menemukan buku yang sangat bagus berjudul Routledge Handbook of Ecolinguistics (2017). Dalam buku tersebut pada chapter 28 Todd LeVasseur menulis topic Religion, Language, and Ecology “Agama, bahasa dan ekologi”. Tulisan ini memberikan refleksi yang luar biasa bagaimana agama dan bahasa saling berinteraksi termasuk ekologi/lingkungan. Agama dan bahasa saling terkait khususnya dalam mengkodekan dimensi ekologis. Todd LeWasseur memberikan contoh dengan menganalisis teks kitab Kejadian 1:26–28. Dalam analisisnya menemukan korelasi agama dan pesan ekologis.
Sebagai disiplin ilmu yang menyelidiki hubungan antara bahasa dan lingkungan, ekolinguistik menawarkan cara baru untuk mempertimbangkan aspek ekologis agama. Bahasa memiliki sistem makna yang memengaruhi perilaku umat beragama di lingkungan. Bahasa memberi manusia narasi tentang dunia, dan dari narasi itulah praktik yang dapat mempertahankan atau merusak alam.
LeVasseur mengajak pembaca untuk menyadari bahwa, apabila teks agama dibaca melalui lensa kebersalingan dan keberlanjutan, agama dapat menjadi sumber nilai ekologis yang kuat. Dalam situasi seperti ini, tradisi “ekolinguistik Hallidayan”, yang menyelidiki bagaimana pilihan linguistik dan penggunaan sumber daya alam berkorelasi satu sama lain, dapat membantu para teolog dan pemikir agama menafsirkan kembali makna keagamaan dalam konteks krisis lingkungan global.
Sebaliknya, studi ekolinguistik juga berkembang dalam bidang agama. Sistem bahasa bukan satu-satunya komponen yang membentuk hubungan antara manusia dan alam. Tradisi spiritual juga memiliki sistem nilai dan kepercayaan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Dalam hal ini, diskusi antara studi agama dan ekolinguistik bukan sekadar hubungan antardisipliner; mereka dapat saling memperkaya dalam upaya membangun kesadaran ekologis yang berakar pada nilai-nilai linguistik dan spiritual.
Pemikiran LeVasseur menjadi relevan di tengah tantangan modernitas dan eksploitasi alam yang semakin meningkat. Kita harus mengajukan pertanyaan baru: bagaimana bahasa agama dapat berfungsi sebagai alat untuk mendorong kesadaran lingkungan? Bagaimana doa, khotbah, dan diskusi keagamaan dapat membantu orang menjadi lebih sadar lingkungan?
Tidak hanya teori yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan itu, tetapi juga cara kita berpikir dan berbicara tentang alam. Bahasa memiliki kemampuan untuk menaklukkan bumi, dan bahasa juga memiliki kemampuan untuk menyembuhkannya. Manusia memiliki peluang untuk kembali menempatkan dirinya sebagai penjaga, bukan penguasa, atas kehidupan melalui sinergi antara agama, bahasa, dan lingkungan.
Daftar Pustaka
LeVasseur, T. (2017). Religion, language, and ecology. In A. Fill & H. Penz (Eds.), The Routledge Handbook of Ecolinguistics (pp. 14–25). Routledge
